Toleransi dan solidaritas sangat terasa tidak ada perbedaan. Andre (kiri) bareng temannya di barongsai. |
spirit.my.id – Bangsa Indonesia memiliki keragaman suku, ras dan agama.
Banyaknya suku, ras dan agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sehingga setiap orang mempunyai kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati tanpa membeda-bedakan.
Kebersamaan dalam perbedaan suku, ras dan agama tidak lepas dari toleransi yang tinggi di kehidupan masyarakat.
Terkait ini, seorang pemuda keturunan Tionghoa, bernama Andreas Priatna, memberi pandangan tentang perbedaan.
Pemuda yang biasa disapa Andre mengatakan, ia merasakan kedamaian dan ketentraman.
“Kalau menurut saya mah toleransi masyarakat Indonesia sangat bagus karena tidak saling membedakan suku, budaya, agama malahan saling mendukung,” katanya pada Redaksi.
Meski dirinya keturunan Tionghoa, dirinya tetap mendapat hak yang sama sehingga rasa nasionalisme tak perlu diragukan lagi.
Ia memberi contoh, jika sebuah event olahraga yang mempertemukan Indonesia melawan Cina. Dengan tegas menyatakan mendukung Merah Putih.
Walau begitu, ia mengakui, kadang mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari segelintir orang disekitar tempat tinggalnya yang menurutnya fanatik pada orang non pribumi.
“Kalau saya lewat, ada orang itu dia suka ngatain awas ada akew lewat-lewat. Saya sih bodo amat. Tetangga yang lain nyuruh lawan aja, tapi saya engga mau diemen aja,” tuturnya.
“Walaupun ada beberapa orang yang membeda-bedakan tapi solidaritas itu selalu ada,” imbuh pemuda kelahiran 1998 tersebut.
Di lain sisi, pemuda yang punya nama Cina tjiang tjung fei ini, tak menutup mata, ada sebagian keturunan dari kalangan etnisnya yang kurang bergaul di masyarakat sehingga berimbas pada penilaian yang tidak baik.
Baginya hal itu dikembalikan lagi pada pribadi masing-masing. Jangan dinilai etnisnya semua seperti itu.
“Itu kembali lagi ke masing-masing orangnya apakah dia bisa berbaur dengan orang lain atau tidak,” ucapnya.
Andre dan keluarga sendiri, sudah tidak merasa sebagai orang keturunan. Ia lahir dan besar di Indonesia.
Bahkan saat ini dirinya menjadi Ketua Inorga Kormi Kota Bandung dan Long Wang serta fasih bahasa Sunda.
Ia berharap, kerukunan yang sudah terjalin tetap terjaga menjadi kekuatan dalam membangun bangsa dan negara.
“Tetap tidak membedakan suku, budaya, ras. Kita harus lebih kompak lagi dalam acara apapun jangan saling ada menghina supaya tetap rukun dan damai selalu,” tegasnya menutup.
(Res)