Tias Masuk Pesantren Karena Ingin Sukses Dunia dan Akherat

Pesantren
Santri sekarang tidak kolot bahkan banyak yang berprestasi.


spirit.my.id –  Tepatnya sejak duduk di kelas satu SMP, gadis remaja ini masuk Pesantren atas kemauan sendiri, alasannya tidak hanya ingin mengejar ilmu dunia saja tapi akherat.

Selama pesantren, banyak liku – liku yang dialami oleh mojang bernamaTias Siti Nurafifah.


Tias, begitu dipanggil, menceritakan sempat ingin keluar, disebabkan banyak godaan, untungnya ia sanggup melawan.

Dara kelahiran 2002 itu mengaku, di cap santri badung, pasalnya, setelah pulang sekolah, dirinya selalu keluyuran bareng gengnya, sementara jam pulang ke Pesantren tidak boleh lebih dari ashar. Itu terjadi karena terbawa arus teman – temannya yang tidak nyantri.

Tias pun tak menampik, merasa terkekang, namun ada hikmahnya yakni lebih disiplin lagi dalam memanfaatkan waktu. Maka tak heran, dara yang ingin menjadi dosen itu, masih bisa berprestasi di sekolah.

Terkait ini, si Neng, membantah kalau ada yang mengatakan santri itu kolot, engga berprestasi, malahan menurutnya, santri sekarang banyak yang torehkan prestasi mentereng.

“Santri sekarang bahkan lebih hebat lho, banyak yang menerima bea siswa, beberapa universitas menerima santri berprestasi, Jadi engga udik, engga benar kaya gitu,”katanya pada Redaksi.

Setelah duduk di bangku SMA, berbekal pengalamannya, Tias mencoba mengajak sohib – sohibnya untuk mengikuti jejaknya.

Tapi tak mudah, alasannya pada takut dengan aturan –aturan ketat. Meski demikian, anak kedua dari dua bersaudara ini, tak putus asa ia meyakinkan Pesantren itu banyak manfaatnya.


“Lihat saja aku, masa aku juga kaya gini bisa menyeimbangkan ilmu dunia dan akherat, masa kamu juga engga bisa kaya aku, kita belajar bersama – sama,”begitu bilang si neng pada teman – temannya.

See also  Kapten Pilot Sriwijaya Air SJ 182, Kapten Afwan Mengingatkan Untuk Selalu Sholat

Dan layak di puji dari mojang geulis ini adalah, memiliki folosofi kalau kita mengejar ilmu dunia saja, kita bagai orang yang buta tapi kalau kita mengejar ilmu akherat saja kita bagai orang yang pincang. Jadi menurutnya harus seimbang antara kebutuhan dunia dan akherat.

“Harapannya saya ingin sukses dunia dan akherat itu kunci utamanya. Buat apa kita sukses di dunia tapi di akherat kita nanggung dosa,” pungkas penyuka baso tersebut mengakhiri.

(Res)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *