Sigit Nugroho, Caleg dapil Pamulang, Tangsel. |
Ada Caleg yang memberikan dukungan secara sembunyi-sembunyi, namun ada pula yang terang-terangan. Awal Oktober 2023, setidaknya ada 5 Bacaleg yang meninggalkan partainya demi membela Anies. Mereka adalah Aulia Agsa dan Samsir Pohan, sebelumnya menjadi anggota Partai Gerindra. Lalu ada Ustad Heriansyah dan Tumpal Panggabean (Partai Demokrat), serta Muhammad Afri Rizki Lubis (anggota DPRD Medan dari Fraksi Golkar).
Setelah penetapan pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (23/10/2023), Caleg dari partai anggota KIM, makin banyak yang berontak. Namun karena nama mereka terlanjur tertera di Daftar Calon Tetap (DCT), para caleg itu hanya aktif pada pencalegan diri sendiri, dan pasif pada kampanye partai terkait pemenangan Prabowo-Gibran.
Salah satunya Sigit Nugroho, SE MM, caleg Partai Demokrat untuk wilayah Tangerang Selatan. Ketua Harian AHY FC yang 20 tahun berkarier sebagai jurnalis senior Kelompok Kompas Gramedia itu bersimpati pada Anies. Eks Ketua Umum Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia yang kini jadi Pemimpin Redaksi Majalah Resmi DPR, LEGISLATOR itu, punya alasan.
Apalagi itjima ulama menetapkan Anies sebagai Capres yang berani teken pakta integritas. “Capres lain tak mau. Ada yang sulit mengontrol emosi dan hobi mengancam ala era Order Baru. Lainnya, justru mengumbar aib yang tak perlu diketahui generasi muda. Semua bikin blunder. Tapi blunder Pak Anies lebih kecil. Bukan dosa KKN atau kriminal,” imbuh Sigit.
Terkait kesolehan, menurut Sigit, sangat vital. Capres yang takut pada Allah, cenderung takut berbuat maksiat seperti KKN. “Dulu korupsi ratusan miliar, gempar. Sekarang anggaran ratusan triliun gak jelas, biasa saja. Allah saja diabaikan, apalagi manusia. Ditambah masuknya Gibran yang cacat konstitusi, sulit rasanya memberikan dukungan. Saya takut konsekuensi akhirat. Semua akan dimintai pertanggung-jawaban,” tutup Sigit
Pria yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh mualaf di Indonesia itu juga tak membuat spanduk selembar pun. Paling hanya di website milik sahabat-sahabat. Ia yakin, jika Allah memberikan amanah, maka ia maju. Jika belum, tinggal melanjutkan keseharian.
“Saya kira pindah partai merupakan jalan tengah. Tapi setelah DCT keluar, memang sulit. DCT tak bisa diganti. Menurut saya, alasan para Caleg itu masuk akal. Semua ingin Indonesia dipimpin tokoh yang bersih dari KKN, soleh, dan cerdas. Di mata dunia, Indonesia akan jauh lebih dihargai,” komentar Edi Fahmi, ulama yang juga pengajar di Sekolah Al Azhar Jakarta.
Selain Sigit, ada pula Sukirman Purwoatmojo, Caleg Partai Gelora Bogor yang juga aktif terlibat di acara dukungan untuk Anies. Sedangkan petinggi DPC Demokrat Jakarta Timur, Abdul Aziz Bawazir, yang pindah ke PKS bulan lalu karena faktor Anies. Demokrat, Golkar, juga Gelora, sama-sama merapat ke Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo-Gibran.
(*)