Tak menampik seks bebas di kalangan generasi muda cukup menghawatirkan perlu solusi bersama. (Foto ilustrasi) |
spirit.my.id – Seks bebas dikalangan generasi muda sekarang cukup miris. Seks bebas disebagian generasi milineal sepertinya sudah menjadi sebuah kebanggaan bahkan identitas pergaulan kekinian.
Generasi muda yang kebablasan ini, tidak peduli dengan dampak yang ditimbulkan akibat seks bebas, diantaranya hamil di luar nikah, mengganggu kesehatan mental dan fisik, belum lagi nama keluarga akan rusak.
Menurut data statistik dari BKKBN, sebanyak 60 persen, usia 16-17 tahun sudah melakukan hubungan seksual, usia 14-15 tahun sebanyak 20 persen, dan pada usia 19-20 sebanyak 20 persen.
Banyak penyebabnya dimana faktor ini saling berkaitan diantaranya kurang memahami nilai-nilai agama serta serampangan dalam memilih teman.
“Salah bergaul. Melihat teman itu yang keren, gaya, banyak duit tanpa melihat ahlak teman itu,” kata Reta Cantika, seorang penggiat sosial remaja.
Menurutnya, ada tiga pilar yang membentuk karakter si anak yakni Keluarga, lingkungan dan pendidikan.
Reta, begitu dipanggil, keluargalah yang menjadi ujung tombak dalam menanankan nilai-nilai agama, etika dan ahlak.
Apabila di keluarga telah tertanam pondasi ahlak yang baik, ia yakin akan bisa menyaring ajakan yang tidak baik.
“Bisa karena pergaulan. Kalau dia bergaul dengan orang soleh mungkin bisa terbawa jadi soleh. Nah yang terbawa pergaulan negatif seperti seks bebas bisa karena berteman dengan yang punya karakter jelek atau juga memang temannya itu tidak punya pondasi agama,” tandasnya.
Supaya perilaku ngeseks dengan siapa saja bisa diminimalisir bahkan jika memungkinkan dihilangkan, informasi tentang bahaya melakukan seks di luar nikah serta bahayanya hamil di usia muda harus disampaikan.
Orang tua pun, sejatinya jangan sungkan memberikan edukasi tentang seks kepada anaknya.
Media sosial yang sudah menjadi gaya anak muda, sejatinya bisa dijadikan sarana untuk mengedukasi tentang seks.
Terakhir, ia berharap, orang tua jangan lengah dalam mengawasi anaknya. Beri ruang yang luas, fasilitas serta kemudahan yang mendorong si anak semangat untuk belajar agama.
“Tak cukup pendidikan formal saja karena terbatas oleh waktu. Belajarlah agama, pahami nilai-nilai keIslaman bagi yang muslim. Sering dinasehati, orang tua jangan lengah,” tegasnya menutup.
(Res)