internal keluarga penentu karakter anak |
spirit.my.id
– Seorang anak bisa menjadi baik dan tidak tergantung pendidikan orang tua. Bila perhatian dan pembinaan baik, setidaknya si anakakan tunduk dan patuh, tapi sebaliknya tak ada perhatian si anak bisa menjadi
nakal.
Sebab itu, kondisi internal keluarga salah satu kunci
penting bahkan menjadi ukuran sejauh mana karakter dan pribadi anak.
Pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam
lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah
dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung
jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai
terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan
berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau
manusia purnawan.
Wika, sapaannya, ketika merawat anak harus memberikan fasilitas yang terbaik, mulai dari gizinya, pendidikannya dan keperluan lainnya yang dibutuhkan.
“Sehingga ketika dia menghadapi lingkungan luarnya, si anak itu sudah merasa siap, bisa membedakan mana yang baik mana yang engga baik. Jadi bisa mengolah lingkungannya sendiri, oh berteman dengan si ini engga baik, jadi milih yang lain yang dianggap cocok,”jelas wanita yang kini sedang mempersiapkan pernikahannya itu.
Selanjutnya Wika, menjelaskan, rata – rata anak yang liar di jalanan pada umumnya berawal dari keluarga yang bermasalah, hingga orang tua abai dalam memberikan perhatian pada anaknya.
Kendati demikian, Wika membuka mata ada juga keluarganya baik – baik tapi anaknya brutal di luar. Mahasiswi ini menilai, hal ini terjadi karena dari lingkungan internal keluarga juga.
“Terlalu tertekan sama aturan di rumahnya, engga boleh ini, engga boleh itu, harus apa kata orang tua, sehingga ia nyari kebebasan di luar,”tandasnya.
Selain itu, menurutnya, ada sebab lain lagi, yaitu faktor eksternal.
Dara Bandung ini menyampaikan, perhatian dari keluarga sudah cukup, tapi karena lingkungan pertemanan anak jadi terpengaruh.
“Si anak terlalu sibuk di luar, sehingga jarang pulang ke rumah atau nginep dikosan, contohnya mahasiswa yang banyak tugas, otomatis banyak bergaul dengan teman – temannya, Nah teman kita itu suka nongkrong, ngajak, jadi kadang terjerumus pada pergaulan yang tidak diinginkan,”tutur anak 1 pertama dari 3 bersaudara ini.
“Sebagai wanita, saya berharap kepada semua wanita disini. Sebelum menikah itu mempersiapkan diri sebaik mungkin supaya nanti memberikan generasi – generasi terbaik. Dia kan yang menghasilkan anak – anak mudanya kedepan. Kita buat ibunya diperkuat lagi ilmunya, pengetahuannya supaya tidak menelantakan anak. Pengasuhan anak juga lebih baik lagi,”pungkasnya seraya tersenyum.
(Res)