dr. Aulia Giffarinnisa (Dokter – RSDC Wisma Atlet) berbagi cerita inspiratif dalam dialog produktif bertema Berbakti Untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih di Jakarta.
|
spirit.my.id – Pandemi Virus Corona masih belum berakhir, bahkan korban meninggal terus berjatuhan. Petugas tenaga medis yang menjadi garda paling depan makin sibuk mengatasi virus berbahaya ini.Tak sedikit tenaga medis pun terpapar bahkan sampai meninggal.
Karena itu tak sedikit pula, orang tua yang anaknya berprofesi dokter atau tenaga medis melarang anaknya untuk ikut terjun mengatasi virus ini khawatir anaknya terinfeksi.
dr Aulia Giffarinnisa, yang bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid, Wisma Atlet, Jakarta, misalnya, sempat oleh kedua orang tuanya tak diberi ijin. Tapi, dirinya tak menyerah meyakinkan orang tuanya untuk berbuat membantu menangani korban.
Artikel Terkait :
https://spirit.my.id/2020/12/petugas-medis-rindu-keluarga.html
https://spirit.my.id/2020/12/pandemi-virus-corona-tak-boleh.html
“Saya tidak menyerah dengan keinginan saya untuk mengabdikan
diri, saya terus meyakinkan orang tua dan keluarga. Akhirnya izin dari orangtua
saya keluar pada Agustus lalu dan mulai September saya bertugas di Wisma
Atlet,” kisahnya dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema ‘Berbakti untuk
Kemanusiaan Tanpa Pamrih’. Dialog ini diselenggarakan Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di Media Center KPCPEN, beberapa waktu lalu.
Tatkala mulai bertugas, dokter yang biasa disapa Farin ini, mengaku sempat khawatir juga, namun dengan cepat bisa diatasi. Dengan memakai APD dimana tak boleh dibuka selama tugas, merupakan pengalaman yang berkesan,
“Awalnya
takut, namun akhirnya cepat beradaptasi. Sistem kerja shift 8 jam namun karena
memakai APD maka harus bersiap satu jam sebelumnya. Selama bertugas juga tidak
boleh membuka APD jadi tidak boleh buang air dan terpaksa puasa,” ceritanya.
Yang membuat dokter muda ini bahagia adalah satu tekad bagaimana caranya si pasien yang terkena virus bisa diselamatkan.
“Di sini semuanya satu misi untuk menangani COVID-19 jadi
semuanya disiplin. Beda dengan di luar, masih ada yang cuek dengan protokol
kesehatan,” tuturnya.
Walau begitu, tak semua pasien patuh, ada juga pasien yang yang bandel dan itu membuat dirinya harus bersabar.
“Agak tertekan ketika menghadapi pasien yang ngeyel karena
tidak nyaman dalam perawatan. Kadang mereka sering melepas selang oksigen
padahal mereka sangat perlu hanya mereka merasa tidak nyaman,” ujarnya.
Jika menemukan pasien-pasien seperti itu, Farin mengaku akan
melakukan pendekatan secara psikologis. Dia berusaha memahami para pasien
banyak tertekan karena tidak ditemani oleh keluarga.
“Mereka hanya didampingi dokter dan tenaga kesehatan. Salah
satu pengalaman tidak terlupakan menyaksikan bagaimana proses pasien yang satu
bulan dirawat dengan gejala parah sekali hingga akhirnya bisa sembuh dan dinyatakan
negatif dan diijinkan pulang,” jelasnya.
Baca Juga :
https://spirit.my.id/2020/12/bimo-meski-pandemi-virus-corona-tetap.html
https://spirit.my.id/2020/02/prinspinya-jangan-meninggalkan-yang.html
Kepada masyarakat luas, dr. Farin berpesan agar jangan
menunggu dan berpikir lama untuk berkontribusi mulai dari hari yang paling
kecil dan mudah dilakukan.
“Kontribusi minimal yang dapat dilakukan adalah mencegah
penularan dari diri sendiri dan orang di sekitar. Laksanakan protokol kesehatan
3M,” tegas dokter mengakhiri.
Sumber : KPCPEN
(Res)