spirit.my.id – Agama adalah pondasi dasar, agamanya kuat, diyakini akan lurus dan tegak dalam melakoni hidup di dunia, sebaliknya, lemah, dikhawatirkan tidak kuasa dalam menahan godaan dan tantangan.
Apalagi di jaman sekarang, nampak nyata kegiatan yang menggoda keimanan terlebih bagi kaum muda.
Tersedianya fasilitas yang serba canggih memudahkan dalam mengatur ritme dan dinamika hidup, terkadang tak dipikirkan dampak yang ditimbulkan apakah baik bagi diri sendiri maupun buat orang lain.
Artikel Terkait :
https://spirit.my.id/2020/02/kaum-muda-berikan-karya-nyata-bagi.html
Cara jitu menangkal ekses negatip di era global tiada lain dengan kembali memperdalam agamanya masing – masing.
Tak mudah memang, namun dengan niat dan tekad tak ada alasan tak bisa, seperti yang dituturkan oleh mahasiswa ini.
“Kalau dilihat secara global sih belum tentu semuanya menjauhi agama, kan masih ada yang pergaulannya engga jauh – jauh dari agama, banyak juga yang masih dekat dengan agama, tapi sebagian besar sudah memang lupa ke agama,” kata Ahmad Bayu Gymnastiar, pada redaksi
Menurut Bayu, begitu disapa, kosongnya rumah ibadah, sepinya pengajian di kalangan muda merupakan indikasi minimnya ketertarikan pada agama.
Sang pemuda memberi contoh, ketika dirinya masih kecil, yang namanya pengajian, kajian – kajian Islami ramai diikuti, Masjid tak terlihat sepi, remaja antusias dalam menggelar acara – acara rohani.
“Waktu saya berumur delapan atau sepuluh tahun, anak mudanya itu masih suka datang ke Masjid, paling nongkrong – nongkrong engga sampai malam, engga lupa yang namanya sholat, engga lupa kerja. tapi kalau melihat sekarang apalagi adanya gadget, internet, lebih suka nongkrong engga karuan,”jelas Bayu.
karena itu, mahasiswa jurusan analis ini, mengajak kepada generasi milineal, ayo memperbaiki diri seengganya pengaruh yang kurang bagus bisa dinetralisir.
“Supaya seimbang antara yang baik dan buruk, tidak lebih condong ke hal yang negatip, ketika melakukan perbuatan tidak baik, mereka masih ingat hal yang positip,”pungkasnya.
(Res)