Nufia, begitu dipanggil, menceritakan, ada keganjilan saat mengikuti testing di sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Bandung.
‘Engga tahu kenapa si nomor tes itu acak – acakan, nomor tes yang saya pegang sama nomor tes bangku pokonya acak- acakan semuanya. Tes pertama engga, sekitar bulan Juni. Pas tes kedua nomornya jadi acak – acakan. Kalau engga salah ujungnya nomor 48, tapi pas dimeja jadi beda, tapi namanya atas nama saya. Mungkin itu sudah skenario Allah,”katanya pada redaksi.
Ada lagi, wanita ayu ini menuturkan, saat pesantren di Cianjur, surat undangan untuk testing di perguruan tinggi kembali menghampirinya. Lagi – lagi gagal karena ketika akan berangkat mendadak jatuh sakit.
Yup, begitulah kisah Mojang Bandung tersebut kala mengikuti rangkaian tes.
Perempuan kelahiran 98 ini, mengungkapkan, alasan tidak mau kuliah. Katanya takut dengan pergaulan bebas.
.
Pemikrian Nufia, masa depan sesorang tidak ditentukan oleh sekolah tinggi.I a menilai, kehidupan ditentukan juga oleh perjuangan ingin meraih yang terbaik.
“Banyak yang sudah kuliah tetep aja nganggur, yang sudah sarjana tetap aja nganggur, tergantung keyakinan orangnya,”tandas gadis yang ingin menjadi istri sholeha ini.
Karena itu, perempuan yang hobi baca buku ini, meski tak menggenggam sekolah tinggi, dirinya optmis masa depannya akan baik, terbukti, kini anak kedua dari tujuh bersaudara ini sudah bekerja di jasa keuangan BUMN di daerahnya.
“Saya pengen punya usaha sendiri erngga mau dibawah orang lain. Kalau kerja di orang lain pasti banyak aturan – aturannya,”pungkas perempuan berhijab dengan tersenyum.
(Res)