spirit.my.id
– Aksi demonstrasi mahasiswa dari seluruh Indonesia menentang RUU KPK / RKUHP dan RUU lainnya menjadi sorotan dan perhatian publik.
Ribuan mahasiswa menggeruduk kantor wakil rakyat DPR RI Senayan Jakarta, untuk menyampaikan aspirasinya agar RUU kontroversial itu dibatalkan.
Maya Mustika Rahmah, mahasiswi jurusan Hubungan International memberi tanggapan atas aksi rekan – rekannya tersebut.
“Setuju dan mendukung turunnya mahasiswa ke jalan untuk menuntut hak – hak rakyat yang telah direnggut serta membela rakyat yang akan dicekik dengan Undang – undang yang sama sekali tidak pro rakyat. Dewan perwakilan rakyat seharusnya benar benar mewakili rakyat tapi suara rakyat mana yang diwakilkan dalam RUU / RKUHP yang terkesan ngawur dan tidak logis? RUU ini memang sudah pernah dibahas dan didemo sebelumnya, tapi sama sekali tidak digubris karena belum membeludak seperti sekarang,”katanya pada redaksi.
Menurutnya, emosi mahasiswa bukan tanpa alasan mereka membaca dan menelaah karena peduli terhadap nasib bangsa.
“Maka ketika perwakilan DPR berkata kami mahasiswa harus membaca secara jelas agar tidak sembarang mengkritik. Lalu apakah DPR sudah mensosialisasikan secara jelas RUU tersebut kepada seluruh rakyat yang katanya suara mereka diwakilkan ?”lanjutnya.
Maya tak menampik, DPR sebelumnya pernah mensosialisasikan, datang ke kampus, lewat media, tapi menurutnya belum cukup. Maya tegaskan yang harus diperhatikan rakyat kecil, apakah mereka mengerti dengan RUU tersebut
Yang bikin kesal dari draf RUU itu, disebutkan hukuman bagi pemilik hewan ternak hampir sama dengan hukuman bagi para koruptor yang masa tahanannya dari 4 tahun menjadi 2 tahun, denda dari 1 miliar jadi 10 juta. Belum lagi dalam RUU KPK tidak dijelaskan soal pengembalian ganti rugi oleh para koruptor.
“Ya jelas enaklahhh… Dari pada harus kerja capek – capek 2 tahun, misal belum tentu dapet uang 5 triliyun mending korupsi. Dapet uang beliin barang atas namakan orang lain kan engga akan disita tinggal diam dibui gausah kerja 2 tahun kemudian dia keluar penjara juga bakal tetep kaya,”urainya.
Koroptur itu harusnya di hukum mati seperti di negara Cina, bukan malah dikasih keringanan dan KPK diperlemah. DPR itu digaji oleh uang rakyat maka sangat wajar kalau rakyat menuntut hak – hak mereka.
“Ternyata RUU – RUU ngawur yang mungkin masyarakat sendiri sudah membaca di berbagai media masa dan mendengar penjelasan – penjelasan dari berita ataupun sumber sumber kredibel, itu hanya ditunda tidak dibatalkan,”tegas Maya.
Gadis kelahiran 1998 ini, berharap, setelah aspirasi rakyat tersalurkan melalui mahasiswa, keadaan Ibu Pertiwi membaik. Selanjutnya rakyat bisa lebih dilibatkan dalam perancangan Undang – Undang.
“Hukum – hukum yang dibuat seakan tumpul keatas runcing kebawah padahal Indonesia negara demokrasi dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Bukan dari elit oleh elit untuk elit. Miris bukan ?jelasnya.
Maya sendiri mengaku, sedih tak bisa langsung terjun ke lapangan lantaran kedua orang tuanya khawatir. Yang bisa dlakukan hanya berdoa, mensupport dan bersimpati.
“Ikut prihatin dan sedih juga mendengar adanya korban dari dua belah pihak. Terutama rekan – rekan mahasiswa. Mereka berjuang menyuarakan aspirasinya membela negaranya harus merasakan sakit yang amat luar luar biasa,”imbuhnya.
Terakhir, Maya menitip pesan untuk sohib – sohib mahasiswa, terus belajar, terus memantau, jangan takut untuk lantang agar suara kita tetap didengar. Jaga bangsa jaga negara, karena ketika kita diam dan pasrah mereka akan semena mena.
“Negara ini akan dipimpin oleh kalian para cendikiawan dimasa depan. Make Indonesia Better semoga akan muncul orang – orang cerdas pembuat kebijakan yang bijaksana dimasa depan,”pungkasnya optimis.
(Res)