Ini Penyebab Minimnya Kontestan Proliga

Bolavoli273 Views

reviewnews.id – Proliga adalah ajang tertinggi kompetisi
bolavoli  tanah air, namun pesertanya
semakin sedikit seolah tak menarik untuk diikuti. Tentu pecinta bolavoli bertanya, kenapa itu bisa terjadi?
Menurut Direktur Proliga, Hanny Surkatty, minimnya peserta proliga
adalah mahalnya ongkos selama mengikuti event tersebut. Daftar saja klub harus
merogoh kocek 75 juta.
”Tapi membiayai tim yang membutuhkan biaya yang sangat
besar, terutama buat gaji pemain,” lanjutnya.
Karena itu tak heran, sejak digulirkan tahun 2012, yang diikuti
16 tim, peserta Proliga dari tahun ke tahun semakin berkurang.
Klub yang  masih eksis
ikut Proliga adalah klub yang dibina oleh perusahaan yang peduli pada olahraga
terbesar kedua setelah sepakbola ini.
Dikutip dari Jawa Pos, gaji pemainlah biaya paling mahal,
hampir menghabiskan 60 persen budget ditambah apabila memiliki pemain asing,
budgetnya bisa membengkak. 
Hal ini dijelaskan juga oleh Ayi Subarna, Manajer Bandung
BJB Pakuan, gaji Maja Burazer, pemain asal Kroasia, mencapai 3,5 miliar
semusim.
“Jumlah itu bisa buat menggaji sepuluh pemain local,”
ungkapnya.
Belum lagi saat tur musim, 
menginap di hotel berstandar bintang empat, pesawat yang mentereng,
kalau menang laga, Manajer membawa pemainnya makan – makan di restoran wah. Yang
pasti tim harus menyiapkan dana dikisaran 4 sampai 7,2 miliar per musim.
“Ya, kalau dibelikan Alphard, bisa dapat empatlah, ucapnya.
Ironinya, tidak ada keuntungan secara financial bila menjadi
jawara, coba tengok, juara Proliga hanya dapat duit sebesar 1,5 miliar, tidak
sepadan dong dengan pengeluaran.!Jadi pertanyaannya, kok masih ada yang
tertarik ?
Menurut Loudry Maspaitella, Proliga adalah ajang pas  untuk mempromosikan branding perusahaan. Mantan
tosser nasional itu mengatakan setiap jeda pertandingan brand perusahaan diputar. Ini juga
diamini oleh Dedi Kurniawan, Wakil Manajer Pertamina Energi.
“Ini efektif sekali untuk mengenal produk – produk perusahaan
kami,” terangnya.
Demikian juga dengan Nanang Mashudi, manajer Bhayangkara
Surabaya Samator, nempelnya nama perusahaan adalah kekuatan tersendiri sebagai
ajang promosi.

“Sejak Samator merger dengan Polri menjadi Bhayangkara
Samator, secara tidak langsung menimbulkan minat menjadi Polisi,” pungkasnya.
(Res)
See also  Tim Sepakbola Putri NTT Tumbangkan Banten, Gorontalu Hempaskan NTB

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *