Depresi Bisa Timbul Karena Membandingkan Kemampuan Si Anak

Pendidikan264 Views







spirit.my.id – Tak menampik hidup di jaman now makin serba mudah dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun dibalik itu, problematika pun makin komplek terutama bagi generasi milenial.

Jika problematika yang ada tidak bisa ditangkal bisa mengakibatkan depresi atau tekanan.

Depresi itu sendiri adalah kelainan suasana hati yang memicu munculnya perasaan sedih, murung dan kehilangan semangat dalam waktu jangka panjang, Kondisi ini bisa memberikan pengaruh yang tidak bagus pada cara berpikir dan perilaku, bahkan bisa menimbulkan masalah fisik atau psikis.

Seseorang yang depresi bisa merasa bahwa hidupnya sudah tak berharga lagi. Jika  hal ini sudah menghinggapi bukan tidak mungkin akan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Agar hal ini tidak menimpa pada remaja kita, tentu saja peran orang tua dalam mengeduksai anaknya perlu dimaksimalkan lagi.

Memang banyak faktor penyebab depresi pada si anak, misal kejadian masa lalu yang membuat trauma.

“Faktor hormon, faktor lingkungan keluarga, teman atau bertetangga yang selalu membandingan sesuatu. Sistem pendidikan kita yang berbelit belit seperti zonasi, itu salah satu yang membuat mereka tertekan atau bekal keagamaan sangat kurang sehingga tidak bisa mengontrol diri,” kata Dinie Destya Sundara, pada redaksi.


Lanjut penulis ini, yang bukin miris lagi adalah ada orang tua yang kerap membandingkan anaknya dengan anak orang lain dari segi prestasinya, kadang juga dalam bergaul seseorang lebih menghargai teman yang lebih berada.

“Jika contoh
yang pertama tujuannya orang tua ingin anaknya bisa di banggakan karena
berprestasi di sekolah bisa menjadi sesuatu yang di banggakan,namun cara di
lakukan salah mereka tidak sadar jika setiap anak berbeda. 
Jika contoh
yang ke dua saya juga melihat langsung ada seorang anak yang orang tuanya
berada dan teman teman sekelasnya lebih ingin berteman dengan anak itu dari pada
dengan anak penjual gorengan padahal dari segi perilaku anak penjual gorengan
lebih santun dan tidak arogan ,ini menyebabkan si anak jadi murung dan tidak
percaya diri,” terang Dinie.



Wanita kelahiran 1989 itu menilai, hal ini PR semua, mulai pengajar dan orang tua. Bahkan sang penulis berharap jika memungkinkan diadakan penyuluhan atau edukasi pada orang tua cara menghadapi anak yang beranjak remaja.
“Jika di mulai dari keluarga kepercayaan
diri seorang anak bisa tertanam sehingga apapun yang dia hadapi tidak membuat
anak tersebut mudah tertekan ,komunikasi yang baik dengan orang tua semoga bisa
membantu terluapkannya perasaan yang di pendam sehingga mereka tidak menyimpan
sendiri ,tidak mudah marah dan depresi,” harapnya mengakhiri.



(Res)

See also  Forum Osis Bandung Barat, Tahu Arti Solidaritas, Kebahagian Dan Siap Gelar Jambore OSIS Kedua.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *