spirit.my.id
Contoh, orang yang sedang di mabuk cinta tak sungkan bermesraan di tempat umum, wanita berpakaian seksi yang mengundang hasrat para lelaki sering kita jumpai.
Pun demikian dengan kaum homoseksual atau penyuka sesama laki – laki semakin terang – terangan menampakan identitasnya.
Bahkan kaum gay pernah menuntut pada pemerintah agar hak – haknya diakui oleh negara.
Untungnya keinginan mereka baik gay atau lesbian ( wanita) tak digubris pemerintah.
Orientasi seks menyimpang ini justru kini makin menunjukan trend meningkat, terutama yang menimpa kaum muda.
Tentu hal ini sangat menghawatirkan bagi orangtua.
Nah terkait ini, redaksi menyampaikan penyebab homoseksual. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan.
1.Variasi bentuk otak
Menurut riset, ada sedikit perbedaan secara biologis maupun anatomis di antara individu homoseksual dengan heteroseksual. Perbedaan tersebut terdapat pada struktur dan bentuk otak.
Riset yang melibatkan prosedur MRI otak tersebut menyebutkan bahwa bagian anterior cingulate cortex dan temporal otak sebelah kiri pada kebanyakan homoseksual sedikit lebih tebal daripada individu heteroseksual.
Data tersebut menunjukkan bahwa variasi bentuk otak diduga berpengaruh dalam menentukan gender seseorang menjadi homoseksual. Namun, temuan ini belum bisa menjadi jawaban pasti mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual.
2. Faktor genetik
Faktor genetik juga dipercaya bisa menjadi salah satu penyebab seorang individu menjadi homoseksual. Ada teori yang menyebutkan bahwa seorang wanita homoseksual mungkin mengalami kelebihan hormon androgen saat ia masih dalam kandungan.
Ada pula yang menyebutkan bahwa sifat genetik tertentu berperan dalam menentukan sifat, perilaku, dan preferensi seksual seseorang, termasuk membuat seseorang menjadi homoseksual.
Sayangnya, teori tersebut belum bisa dijadikan alasan pasti mengapa seseorang bisa menjadi homoseksual. Hingga saat ini, para peneliti juga masih mengkaji peran faktor genetik dalam menentukan orientasi seksual seseorang.
3. Trauma masa kecil
Ada penelitian yang menyebutkan bahwa trauma psikologis pada masa anak-anak dapat berpengaruh terhadap orientasi seksual seseorang, termasuk homoseksual. Riset tersebut menyebutkan bahwa orang yang memiliki orientasi seks penyuka sesama jenis pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecilnya.
Meski begitu, cukup banyak juga orang yang tetap menjadi heteroseksual walaupun pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecil.
Homoseksual Tidak Disebabkan Gangguan Mental
American Psychiatric Association (APA) dan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa homoseksual bukanlah sebuah kondisi akibat gangguan mental.
Hal yang sama juga dinyatakan dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III (PPDGJ III) yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman ini menyebutkan bahwa orientasi seksual homoseksual atau biseksual bukanlah suatu gangguan jiwa.
Meski demikian, masih banyak kaum homoseksual yang mendapatkan perlakuan negatif, stigma, dan diskriminasi, sehingga tidak sedikit orang homoseksual lebih memilih untuk menyembunyikan orientasi seksualnya.
Jika Anda memiliki orientasi seksual yang berbeda, termasuk homoseksual, atau merasa penasaran apa yang menyebabkan Anda memiliki orientasi seksual tersebut, cobalah berkonsultasi dengan psikolog agar Anda dapat memahaminya lebih dalam.
Melalui sesi konseling dengan psikolog, Anda juga bisa lebih mengenal diri sendiri dan mendapatkan tips untuk menerima orientasi seksual yang Anda miliki dengan lebih terbuka.
Sumber : Alodokter
(Res)