Di era 70-80, Bemo angkutan umum faforit. (Photo wikipedia) |
spirit.my.id – Masih ingat dengan bemo, kendaraan umum roda tiga ?
Suara bemo yang ngejreng bikin kuping telinga gundah, bretetet..bretetet…bretetet begitu suara khasnya.
Di era 70-80 an, bemo terbilang moda angkutan umum faforit.
Anak sekolah, karyawan, dan penumpang umum lainnya menjadi langganan kendaraan yang masuk ke Indonesia di tahun 1962.
Bahkan di era tersebut banyak terminal angkutan umum di dominasi oleh bemo, misalnya di terminal Batununggal Buah Batu Bandung.
Dodi Sukma, saksi hidup di masa bemo menceritakan pengalamannya.
Saat itu, dirinya masih duduk di bangku SMA sekitar tahun 85-86.
“Setiap pagi mau berangkat sekokah, selalu berebutan naik Bemo karena jumlahnya sedikit, penumpang banyak. Ada yang mau kerja, kuliah, saking rebutan kadang engga ke muat,” katanya sambil seruput kopi ditemani bala-bala dan gehu hangat.
Pria kelahiran 1975 itu mengaku, banyak kisah seru bersama bemo, diantaranya duduk di depan di samping mesin dan pak sopir.
Dodi mengatakan enaknya duduk di depan, diperjalanan bisa tiduran walau suara mesin bising dan panas.
“Bemo itu kan jalannya pelan jadi bisa tiduran. Dari terminal ke sekolah saya di Kebon Kalapa hampir satu jam setengah padahal jalan sepi belum kaya sekarang macet,” lanjutnya.
Yang menjadi heran Dodi adalah, bemo jarang mogok atau mesinnya mati padahal kalau dilihat tampilannya cukup menghawatirkan.
“Kalau sopir mau ngehidupin mesin ada yang nyambungin ke kabel langsung, begitu dua kabel ditempelin keluar percikan api tapi nyala. Jarang saya lihat pake kunci kontak,” ujarnya tersenyum lebar.
Cerita menarik lainnya adalah ketika apel ke pacarnya.
Saat itu, ngapelin pacar pakai bemo Dodi kaga gengsi, dirinya pede maksimal.
“Waktu itu kan yang punya motor engga banyak masih pakai angkot, bemo lah. Rumah pacar saya kan di depan jalan, jadi kalau ada suara bemo berhenti depan rumahnya cewek saya tahu pasti saya. Kadang begitu ke luar dari bemo keringatan, panas karena penuh penumpangnya,” jelasnya tertawa lepas.
Seiring waktu, kendaraan dengan silinder 305 cc bertenaga 12 kuda tersebut punah ditelan jaman tergantikan dengan moda transportasi lain yakni Bajaj.
Meski begitu bemo adalah kenangan terindah yang tak bisa dilupakan. Yang telah menemani langkah hidup di masa itu.
“Berangkat, pulang sekolah, main, jalan sama pacar, selalu sama bemo kemana-mana,” tuntasnya.
(*)