Personil Nayaga Wiyaga Nyengled |
spirit.my.id – Di era globalisasi seperti sekarang, kita dibikin miris, lantaran seni budaya tradisi Sunda pencak silat oleh sebagian besar generasi milenial seolah terlupakan tergerus oleh budaya dari luar.
Padahal bila di cermati seni budaya tradisi Sunda jauh lebih indah dan berwarna.
Memang sangat disayangkan, namun demikian tak boleh menyerah, seni tradisi Sunda Pencak silat harus tetap nanjer ( berdiri tegak) melawan hegemoni budaya luar.
Artikel Terkait :
https://spirit.my.id/2019/12/resmi-pencak-silat-diakui-unesco.html?m=1
Dan ini terjawab dengan kehadiran grup pengiring atau pemusik yang berperan penting dalam sebuah pertunjukan seni ibing pencak silat yang bernama nayaga Wiyaga Nyengled, terdiri dari Gilang, Algi, Dirtsa dan Raka, berasal dari Holis Kota Bandung.
Peralatan musik wiyaga Nyengled terdiri dari 2 kendang, terompet dan goong.
Nayaga Nyengled ini keren pisan karena personilnya anak muda milineal.
Saat bertemu redaksi, Dimas Gilang salah satu pentolan Wiyaga Nyengled, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari pelestari budaya Sunda dimana ketika generasi milenial lebih kesengsem dengan budaya barat.
“Karena ada darah seni Sunda saya jadi engga ngikutin ke sana lebih mencintai seni tradisi Sunda,” katanya.
Gilang panggilannya, mengatakan banyak tantangan ketika dirinya mengajak rekan – rekan lainnya untuk menggeluti lebih dalam seni tradisi.
Selain itu, keputusannya terjun di seni tradisi kadang ada gejolak di hati yaitu berbenturan dengan masa pubertasnya.
“Ya waktu main atau nongkrong terus ketika melihat teman yang lain suka kemana – mana. kita yang ngejalanin sendiri sebagai anak muda gimana caranya waktu main itu kita manfaatin untuk latihan,” terangnya.
Sebagai anak muda, ia tak munafik demen dengan musik barat.
Tapi Gilang merasakan tak seindah dengan seni tradisi.
“Cuman yang dirasa jalannya diseni tradisi beda gitu banyak hal positipnya. Ketika sukanya di budaya barat kaya gitu lebih negatip,” imbuhnya.
Gilang kini makin tersenyum lebar, pasalnya perkembangan pencak silat makin berkembang, menurutnya perkembangan ini tidak lepas dari perhatian dari semua pihak yang peduli dengan seni tradisi pencak silat.
“Perkembangannya lumayan pesat soalnya sudah banyak wadah, kompetisi, engga kaya dulu kalau mau main susah,” tandasnya.
Pemuda kelahiran 2000 ini tak lupa memberitahukan, nayaga Wiyaga Nyengled mengandung arti yaitu nyeuni, ngabudaya, leureus deket.
Karena keahlian dan pengalaman Gilang Cs di Wiyaga Nyengled, Padepokan silat Meong Sempur pun kepincut untuk merekrutnya.
“Saya merasa bangga sekali bisa nambah baraya nambah saudara dan sekaligus ini suatu tantangan buat saya dan rekan – rekan agar bisa mengembangkan keahlian khususnya seni tradisi karena kalau engga kita siapa lagi,” ujarnya.
Gilang berharap, Padepokan Meong Sempur, kedepan makin bersinar melestarikan seni ibing pencak silat walaupun tantangan yang bakal dihadapi cukup terjal dan tentu saja bisa dijadikan barometer perkembangan pencaksilat.
“Supaya bisa menjadi Padepokan silat yang amanah yang bisa terus melestari, bisa menjadi satu contoh satu panutan bagi yang lain agar bisa seperti Paguron Meong Sempur,” harapnya.
Terakhir, jajaka Bandung ini mengajak kepada generasi muda untuk tetap mencintai seni tradisi, tanggalkan atribut kebarat – baratan, karena ketika sudah masuk zona seni tradisi dijamin deh bakal ketagihan.
“Hayulah kitu babarengan buat kaum muda. Yang mereka pikir itu gengsi, ego. Ketika udah terjun di dunia tradisi Sunda silat deudeuien rame,” pesannya seraya tersenyum.
Baca Juga :
https://spirit.my.id/2019/11/jepang-saja-yang-sudah-maju-anak-muda.html?m=1
Sementara itu, Ketua Padepokan Meong Sempur, Agus Dadang Hermawan, optimistis dengan hadirnya Gilang CS melalui Grup Nayaga Wiyaga Nyengled, akan menjadi motifasi dan bisa menularkan kebaikan dalam tatanan Seni tradisi.
“Dan bisa membuktikan bahwa seni tradisi itu mengasikan dan dengan sebuah konsep, senang, ceria, bahagia dan tidak menimbulkan konflik,” ucapnya.
Sang Ketua berharap, seni tradisi tak boleh pudar oleh waktu dan jaman. Di pundak generasi mudalah jawabnya.
“Insya Allah Seni Tradisi milik Bangsa Indonesia warisan Leluhur bisa terjaga kelestariannya. Di tangan dan di jiwa generasi muda bangsa saat ini dan Kedepan,” tuntasnya.
(Res)