Saksi Seorang Warga Bagaimana Mencekamnya Saat Gempa Dahsyat Melanda Cianjur

Warna - Warni781 Views

Gempa



spirit.my.id Cianjur yang dilanda gempa dahsyat dengan korban meninggal lebih dari 300 jiwa, membuat bangsa Indonesia bersedih.

Bangunan rumah, gedung, kantor dan fasilitas lainnya banyak yang hancur luluh lantah rata dengan tanah.

Bantuan dari pemerintah serta berbagai elemen masyarakat terus berdatangan guna meringankan beban derita warga yang terdampak musibah.

Seorag warga bernama Reza Agung, menceritakan bagaimana mencekamnya saat kejadian gempa.

Dikatakannya, saat gempa terjadi, ia sedang berada di tempat usahanya, sebuah konter di Cianjur Kota.


“Setelah gempa, toko tutup karyawan suruh pulang, utamakan keluarga. Karena saya lihat di deket toko saya banyak bangunan ruksak. Kaca pecah, lampu sama atap rumah ada yang roboh. Saya juga langsung pulang ke Warung Kondang, deket pusat gempa,” tuturnya.

Di perjalanan ia lihat banyak warga menangis karena rumahnya hancur, hampir rata dengan tanah.

Begitu sampai di rumah, Reza sedikit lega karena rumahnya tidak terlalu porak poranda, hanya lantai 2 yang ruksak.

“Rumah saya 2 lantai, yang lantai kedua ruksak karena tertimpa material rumah tetangga 4 tingkat. Lantai 3 sama 4 yang materialnya ke atap rumah saya di lantai 2. Kamar saya di lantai 2 untung engga ada,” lanjutnya.

Yang mencekam adalah ketika malam hari. Reza mengibaratkan seperti Kota mati, tak ada listrik, tak ada sinyal, gelap gulita.

“Sekitar jam 8 saya lihat-lihat ke jalan, banyak warga yang mati tergeletak di jalan yang ditutupi kain kafan saja. Bantuan sudah ada tapi yang meninggal belum terefakuasai mayat masih dijalan-jalan,” ucapnya menjelaskan.


Malam itu suara tangisan warga terdengar tak henti lantaran melihat keluarganya meninggal terkena ambruknya rumah atau bangunan yang hancur.

See also  Martin Cooper : Ponsel Akan Segera Hilang Digantikan Alat yang Lebih Canggih Lagi

Demikian pula suara sirine ambulance saling bersahutan dalam suasana malam yang gelap gulita.

Reza sendiri hanya bisa bantu sebisanya. 

“Rumah sama bangunan tua yang banyak hancur. Kalau bangunan yang sekarang masih bisa tahan. Jadi banyaknya yang meninggal itu tertimpa runtuhan bangunan tua,” imbuhnya.

Kini bantuan pun sudah berdatangan. Korban sudah tertangani.

Bantuan makanan dan minuman tak khawatir kekurangan. 

“Yang masih kurang itu kaya popok untuk bayi, pempers, celana dalam, pembalut. Yang saya lihat itu yang masih kurang, engga terperhatikan mungkin. Kalau makanan saya lihat udah banyak,’ kaya mie, susu dan makanan lain,” pungkasnya.

(Res)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *