Sudah lama tinggal di Bandung membuatnya jatuh cinta pada budaya domba garut. (Photo Instagram). |
spirit.my.id
Namanya Fabiola Elizabeth. Ia mengaku, piawai bahasa Sunda dari pergaulan sehari-hari yang biasa memakai bahasa Sunda kasar otomatis bahasa Sundanya pun terbawa kasar.
Meski begitu ia terus berusaha belajar bahasa Sunda yang lembut.
Sisi lain yang menarik dari cewek bule ini adalah kecintaannya pada seni tradisi budaya Sunda yaitu Domba Garut patut diacungi jempol.
Buktinya ia sudah punya 5 domba Garut yang harganya mahal-mahal yang di pelihara di Padepokan sekaligus tempat kandang dombanya di Cihanjuang, Kabupaten Bandung Barat.
Di padepokan tersebut ia pun berinteraksi dengan domba yang berasal dari daerah lain.
Neng Bule, sapaannya, ungkapkan kenapa kesengsem dengan domba Garut. Alasannya sederhana karena fisik domba Garut kekar dan gagah. Lalu keunikan tanduknya yang panjang dan melingkar.
Bersama komunitas domba garut yang didirikannya, ia mengaktualisasikan kecintaannya pada budaya Sunda.
Melalui Instagram myzteriumofficial, cewek bule berparas cantik ini mengunggah kegiatannya bareng komunitas domba garut.
Terlihat di unggangan video, wanita 26 tahun ini mengenakan pakaian Pangsi serba hitam dan ikat kepala khas Sunda bersama para domba garut yang elok dan kekar-kekar.
Di unggahan video tersebut, terlihat Fabiola sedang berada di kandang sambil memuji dombanya dengan bahasa Sunda.
“Helo, panona alus, biwir alus, irung alus. Ditempo tihareup ti gigir meuni mulus,” ucapnya seraya mengelus domba yang besar berwarna putih.
Di unggahan lain, Fabiola bersama komunitas domba, sedang mengikuti adu domba garut di seputar Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung.
Ia terlihat begitu semangat sambil memegangi domba yang akan diadukannya.
Sementara dibelakangnya penonton sudah berjubel ingin melihat keperkasaan domba miliknya.
Tak hanya itu, di postingan lainnya yang bisa memantik perhatian adalah, tulisan bahasa Sunda yang isinya mengingatkan agar seni budaya tradisi harus dilestarikan sebab budaya tradisi bisa menjadi gambaran akan kebesaran sebuah bangsa.
“Harkat jeng martabat hiji bangsa bisa diukur tina budayana, lamun budayana awutawutan tangtu bangsana ge bakal acakacakan,” tulisnya.
Tulisan tersebut patut dicermati karena yang menulis orang Jerman.
Karena itu, sebagai orang Sunda terutama generasi milineal sejatinya lebih peduli terhadap seni tradisi Sunda.
Neng Bule, saat ini sedang bersiap belajar seni tradisi Sunda lain yakni pencaksilat dan jaipongan.
(*)