spirit.my.id – Gantungkanlah cita – citamu setinggi langit,
walau pun pada saatnya nanti cita – citamu tidak sesuai dengan apa diharapkan, tapi tetap harus disyukuri karena itulah nasib yang sudah digariskan oleh Sang Maha Segalanya.
Ya, seperti yang dialami oleh pria lajang bernama Yusuf Ismail Shaleh, yang kini berkarir sebagai penjaga Warga Binaan Pemasyarakatan Kelas II A, di Bekasi, Jawa Barat.
Saat berbincang – bincang dengan redaksi, Yusuf, biasa disapa, menceritakan, tak menyangka dirinya akan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti sekarang, sebab melihat kondisi kedua orang tuanya yang tak memungkinkan.
“Ikut seleksi CPNS tahun 2017 di kementerian Hukum dan HAM. Alhamdulillah
lulus tahapan demi tahapan tanpa mengeluarkan uang seperserpun. Tidak ada
kenalan sama sekali di kementerian, bisa lulus juga Alhamdulilah” katanya pada redaksi.
lulus tahapan demi tahapan tanpa mengeluarkan uang seperserpun. Tidak ada
kenalan sama sekali di kementerian, bisa lulus juga Alhamdulilah” katanya pada redaksi.
Setelah mengetahui dirinya lulus, pemuda kelahiran, Bandung 3 Juli 1991 itu, mulai mempersiapkan segalanya untuk menjalankan tugas sebagai abdi Negara.
Kesan sangar, tidak bersahabat dan menyeramkan seperti yang ia dengar selama ini, tak membuat nyali ciut, ia sudah siap dengan konsekwensi dan tanggung jawab.
“Awal masuk Lapas mah kaget, harus bertatapan muka langsung
dengan ribuan narapidana. Pengedar, pemakai narkoba, criminal dan lain – lain. Tapi lama – lama Alhamdulillah biasa, bisa bersosialisasi,” tandasnya.
dengan ribuan narapidana. Pengedar, pemakai narkoba, criminal dan lain – lain. Tapi lama – lama Alhamdulillah biasa, bisa bersosialisasi,” tandasnya.
Bahkan dengan suara mantap, Yusuf mengatakan, yang membuat dirinya bangga dan menjadi
pengalaman menarik adalah bisa membimbing para napi menjadi jauh lebih baik
dari kehidupan sebelumnya.
pengalaman menarik adalah bisa membimbing para napi menjadi jauh lebih baik
dari kehidupan sebelumnya.
“Ada pelatihan, keagamaan, budi daya ikan, sablon, pembuatan
kaligrafi, pembuatan miniatur kapal laut, lumayan banyak,” terang Yusup dengan
semangat.
kaligrafi, pembuatan miniatur kapal laut, lumayan banyak,” terang Yusup dengan
semangat.
Pembicaraan sempat terhenti, mata pemuda itu melihat ke atas, seperti ada yang sedang
dipikirkan, namun tak lama kemudian Ia berucap.
dipikirkan, namun tak lama kemudian Ia berucap.
“Tak pernah mimpi bakal jadi PNS. Lihat keadaan bapa kuli
bangunan, ibu hanya irt (ibu rumah
tangga). Alhamdulillah dengan tekad dan kemampuan yang utama doa ibu
bapak bersama keluarga saya bisa lulus,” imbuh pecinta olahraga bandminton dan
mendaki seraya tersenyum.
bangunan, ibu hanya irt (ibu rumah
tangga). Alhamdulillah dengan tekad dan kemampuan yang utama doa ibu
bapak bersama keluarga saya bisa lulus,” imbuh pecinta olahraga bandminton dan
mendaki seraya tersenyum.
Tak terasa obrolan harus diakhiri, sebab suara adzan Maghrib telah terdengar dan kami pun harus segera siap – siap menjalankan sholat Maghrib.
Tapi sebelumnya, anak ketiga dari
empat bersaudara ini berharap, Warga Binaan Pemasyarakatan yang dibimbingnya, mampu menerapkan hasil pelatihan kerja selama mereka di Lapas untuk
kehidupan di masa depan.
empat bersaudara ini berharap, Warga Binaan Pemasyarakatan yang dibimbingnya, mampu menerapkan hasil pelatihan kerja selama mereka di Lapas untuk
kehidupan di masa depan.
“Harapan supaya pas keluar dari Lapas mereka bisa kembali ke
masyarakat dengan baik, dapat diterima kembali oleh masyarakat dengan baik,”
pungkas Yusuf, jebolan SMK Negeri 1 Cihampelas tersebut.
masyarakat dengan baik, dapat diterima kembali oleh masyarakat dengan baik,”
pungkas Yusuf, jebolan SMK Negeri 1 Cihampelas tersebut.