Kumpulan Puisi spirit.my.id

Kiriman Pembaca1906 Views




Karya : Dini Destya Sundara

Jangan Biarkan 

Buku kusam tergeletak diatas meja 
Mulai usang dan lapuk
Sepertinya tak berpemilik
Berharap  di raba dan di buka
Dia menangis tersedu dan mengiba
Namun  sang pemuja pergi entah kemana
Jangan biarkan dia rusak dan  hilang
Karena sejarah takan pernah berulang
Karena waktu takan bisa kembali
Dan karena  masa depan kita yang  genggam
Dengan buku kita maju satu langkah
Tanpanya,  kita menyerah
Jangan biarkan tanah  kita menyempit
Jangan biarkan air kita surut
Jangan biarkan udara kita menghitam 
Dan jangan biarkan kebodohan memasukimu

Fatamorgana

Aku  berdiri sesak diantara  perkebunan  berdebu
Riuh  alat  berat  berdesakan  merenggut  harapan
Satu  demi  satu  sumber  oksigen  itu  hilang
Kemudian  rata ,sisakan  kesal
Mereka tersenyum  puas
Lambaikan  tangan  dan  pergi
Ini  bukan  impianku  sebagai  anak  negeri
Melihat  hijaunya  alam  berganti  bangunan  menjulang
Udara  pengap  dan  asap  tebal
Atau  tanah  subur  tertutupi  semen
Mata  terpejam  lelah  lalu  terbayang  rumah  sederhana
dengan  tanaman  dan  beberapa  hewan  peliharaan
suara  sungai  dan  nyanyian  burung  saling  bersautan
kita  saling  bersama  dalam   kedamaian
ini  mimpiku, terlalu  besar  dan  naif

Negeriku Bernama Indonesia

Gemericik air membasahi sawah luas nan permai
Gunung berdiri kokoh dengan bangganya
Angin semilir mengibas lembut  pohon yang berderet rapi
Kerbau bersantap pagi dengan lahapnya
Anak-anak bersenda gurau dengan riang
Terlihat warna kulit berbeda namun saling bercengkrama
Semua menyatu seperti pelangi di pagi hari
Indah dan tak tergantikan
Ini negeriku ,dimana semua keindahan tercipta
Perbedaan kita adalah akar yang kokoh 
Mencengkram jauh ke dalam tanah 
Kemudian tumbuh dan berkembang 
Negeriku adalah Indonesia
Memegang teguh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika 
 Semua tangan saling menggenggam dan hidup berdampingan 

Kemarau Itu

Kamu selalu datang di saat yang tidak tepat
Mengajaku pada suatu rasa yang sama
Berulang dan berlangsung lama
Terus ungkit keindahan saat bersama
Bumi  meninggalkan angin dingin
Menyibak rasa dan hampir tergoda
Terpana rasa ingin bersama
Dan kali ini aku tidak bisa
Kamu hanya sebuah luka lama
Datang kembali belum tentu menjadi lebih baik
Pergilah bersama sisa rasa yang kamu punya
Tinggalkan aku yang mengendap lara
Berdiri berteman sepi
Hati merapuh sisakan perih
Jangan menatapku  lagi
Biarkan aku pergi bersama kemarau di bulan juni

Sendu

Ini bukan hanya tentang rindu
Bahkan lebih besar dari pada itu
 Ada rasa yang bergejolak makin membesar dan bertambah parah 
Memuncak hingga berkunang-kunang
Ini bukan  tentang kapan kembali 
Namun mengapa kamu harus pergi 
Seperti debu yang berterbangan 
Meninggalkan sesak yang makin menjadi
Aku duduk di atas rumput yang mengering 
Menatap mentari yang mulai berubah warna 
Menghitung waktu yang terus berjalan 
Pada kayu yang mulai lapuk 
Aku menulis pesan lewat udara yang beraroma bunga 
Bahwa aku masih disini  untukmu 
Menjaga kenangan kita 
Bersama pilu yang semakin sendu

See also  Kunjungan kemitraan Telkomsel ke DPC HIPMIKIMDO KBB

Profile :
Dini Destya Sundara,  lahir di Bandung, 04 Desember 1989, berzodiak Sagitarius dan senang berpetualang.

“Menurut saya dengan membaca dan menulis kita masuki alam liar imajinasi, bertukar peran disetiap judulnya dan itu sangat menyenangkan,” katanya.

(Res)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *